Tuesday, November 3, 2009

Latihan Teror bagi Pemuda Muslim London

Imagine the next time you join a discussion about tech. When you start sharing the fascinating tech facts below, your friends will be absolutely amazed.
LONDON--Scotland Yard, julukan polisi di Inggris Raya, mengundang sekelompok pemuda berusia antara 17 hingga 25 tahun, hampir semua adalah Muslim, untuk menghadiri sebuah latihan tentang plan teror. Undangan itu bertujuan menarik simpati dan dukungan terhadap kebijakan antiteror kontroversial yang diterapkan Polisi.

"Garis dasarnya adalah semacam kerja sama dengan polisi untuk mengatasi isu-isu kebijakan di tengah masyarakat,seperti friksi pengeboman yang telah terjadi, dan kerja sama dengan komunitas dan polisi," ujar seorang partisipan berusia 17 tahun, Ali Al-Musawy, seperti yang dikutip BBC News Online, Senin (2/11).

"(Ini) membuat anda menyadari bahwa polisi tidak selalu di sana untuk memilih menarget anda atau membenci anda,". Ali beserta 30 pemuda London, sebagian besar Muslim, menghadiri pelatihan polisi tentang kebijakan anti-teror, seperti penghentian kontroversial dan kekuasaan penggeledahan.

Mereka di sana menonton video dengan berita-berita tentang ancaman sebuah teror dan diminta membuat keputusan untuk merespon serangan teror tersebut. Pelatihan tersebut, sengaja dirancang polisi untuk membuat pemuda lebih memahami alasan di balik keputusan polisi.

Pelatihan yang dijuluki, Peraturan Saat Ini, Sikap Pemerintah Inggris yang Memata-Matai, Mengesalkan Muslim, adalah bagian dari strategi pencegahan pemerintah berongkos 140 juta Pounds (Rp2 triiunan lebih) untuk memerangi ekstrimisme. Program itu diluncurkan oleh kantor Kementrian Dalam Negeri, 2003. Pemerintah Inggris mengatakan strategi bertujuan mencegah para Muslim--yang diperkirakan di atas 2 juta jiwa--diperdaya oleh ideologi ekstrimis.

Buang-Buang Waktu

Think about what you've read so far. Does it reinforce what you already know about tech? Or was there something completely new? What about the remaining paragraphs?

Meskipun para pemuda mengikuti pelatihan dengan seksama, pandangan mereka tak lantas sejalan dengan polisi. Banyak pula partisipan yang meanggap pelatihan sekedar upaya mencari simpati semata. "Sebagai alat antiterorisme, saya pikir ini buang-buang waktu saja," ujar seorang partisipan, Hanad Mahamood, 24 tahun.

Pemuda satu ini memiliki pendapat sendiri terhadap kebijakan antiteror kontroversial polisi. "Saya pernah dihentikan dan digeledah hanya karena saya pemuda kulit hitam dan seorang Muslim, ada pada program saat ini," ujar dia.

"Kini saya merasa lebih menjadi korban polisi dan saya tahu, sebagian besar orang di komunitas saya merasakan hal serupa,"

Kebijakan antiteror memang memicu kemarahan para Muslim yang mengeluh perilaku semena-mena dan berlebihan pihak kepolisian tanpa alasan jelas selain korban kebijakan adalah seorang Muslim.

Ali Musawy pun ternyata menganggap penghentian polisi dan kekuatan penggeledahan terhadap setiap orang di mana pun. "Itu adalah isu besar, karena ada pemuda di luar sana yang berkata, 'Mengapa ia mengarah ke saya dengan kecurigaan terorisme, apakah saya terlihat seperti seorang teroris?' dam 'Mengapa mereka tidak menggeledah pria kulit putik lain, Memangnya mereka tidak mungkin jadi teroris," ujarnya.

"Itu adalah isu terkait polisi. Mereka harus tahu bagaimana mengatasi situasi tersebut,". kata Musawy.iol/itz

That's how things stand right now. Keep in mind that any subject can change over time, so be sure you keep up with the latest news.

No comments:

Post a Comment