Thursday, December 3, 2009

'One Halal Standard ASEAN' Kembangkan Produk Pangan yang Kompetitif

Would you like to find out what those-in-the-know have to say about tech? The information in the article below comes straight from well-informed experts with special knowledge about tech.
JAKARTA--Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus mendorong upaya-upaya dalam rangka mewujudkan one Halal Standard ASEAN karena banyaknya manfaat yang dapat diambil. ''Kami terus mengupayakan terealisasinya ini, memang harus bertahap. Namun dengan dukungan semua pihak dan satu keinginan kuat dari lembaga halal di ASEAN ini, tentunya satu standar halal ASEAN akan dapat terwujud dalam waktu dekat,'' tegas Sekretaris Umum MUI, Ichwan Syam, dalam perbincangan dengan Republika di Jakarta, Kamis (3/12).

Dijelaskan Ichwan Syam bahwa keuntungan yang didapat antara lain adanya satu identitas di mata dunia bahwa banyak produk-produk halal dari kawasan Asia Tenggara yang akan semakin membuat umat nyaman dalam mengkonsumsi produk pangan dan minuman. ''Selain itu, tentunya dengan satu standar produk halal ASEAN, akan semakin mendorong produsen untuk menghasilkan produk pangan yang kompetitif di dunia internasional,'' tegas Ichwan Syam.

Salah satu faktor yang akan mempermudah terwujudnya satu standar halal ASEAN ini adalah bahwa sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara menggunakan mazhab Syafii. Tetapi usaha untuk menyatukannya tetap harus dilakukan, maka Indonesia pun memberanikan diri mengajukan satu standar yang akan diberlakukan bersama di wilayah negara-negara anggota ASEAN.

Think about what you've read so far. Does it reinforce what you already know about tech? Or was there something completely new? What about the remaining paragraphs?

Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan lembaga-lembaga sertifikasi halal se-ASEAN yang dilakukan di Jakarta pada pekan lalu dengan tema 'Harmonization of Halal Standard Among Halal Certifying Bodies In ASEAN Region'. Pertemuan yang terselenggara hari ini bukan berarti berjalan mulus, karena masing-masing negara telah memiliki standar kehalalan masing-masing yang telah diimplementasikan dan disetujui pemerintah.

Diakui Ichwan Syam, bahwa ini memang bukan pekerjaan mudah. Pasalnya standar yang digunakan di berbagai negara berbeda-beda. Ia mencontohkan di Brunei yang sampai saat ini belum menerima dramatic atau pemingsanan binatang sebelum disembelih. Namun di luar berbagai perbedaan yang ada, disadari perbedaan standar yang diimplementasikan di negara-negara tersebut tidak lagi efektif apalagi di tengaah perdagangan bebas yang akan dihadapi di tahun 2010 mendatang. Sehingga kesatuan standar pun harus tetap digagas.

Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Bahagian Kawalan Makanan Halal Jabatan Hal Ehwal Kementrian Hal Ehwal Ugama Negara Brunei Darussalam,Halal Industry Development Corporation Sdn Bhd (HDC), Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), Islamic Da'wah Council of The Philipines (IDCP),The Central Islamic Commette of Thailand (CICOT), dan Majlis Ugama Islam Singapore (MUIS).

Sebelumnya, Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim mengungkapkan bahwa lembaga-lembaga halal di ASEAN sangat antusias dan memiliki semangat yang sama dalam upaya mewujudkan itu. M'ereka memang benar-benar mengakui kredibilitas dan keberadaan LPPOM MUI selama ini,'' tandas Lukmanul. Ditambahkannya, dari hasil pertemuan tersebut, terbentuk operational collection yang bertugas membahas secara detil dalam upaya harmonisasi bidang fatwa dan standar halal.

Hasil kerja operational collection ini menurut Lukmanul nantinya akan dibawa dalam meeting pertemuan berikutnya pada April tahun depan di Thailand. Diakui Lukmanul bahwa rencana satu standar halal ASEAN ibi berangkat dari keprihatinan bersama terhadap sertifikasi halal di negara-negara Eropa. osa/taq

It never hurts to be well-informed with the latest on tech. Compare what you've learned here to future articles so that you can stay alert to changes in the area of tech.

No comments:

Post a Comment