BERLIN--Pimpinan Dewan Yahudi Jerman memperingatkan, Rabu (2/12), bahwa keputusan Swiss untuk melarang pembangunan menara masjid adalah sebuah ekspresi keengganan yang mendalam dari masyarakat Eropa terhadap Islam dan akan memperparah integrasi Muslim. Dewan sekretaris umum, Stephan Kramer, mengatakan bahwa referendum di Swiss Ahad lalu bukanlah sesuatu yang "bisa dimaknai secara halus ataupun ditafsirkan ulang." "Dengan kepastian relatif, tidak ada satu pun negara (di Eropa) yang tidak memiliki ketakutan kepada Muslim dan mereka akan mempunyai hasil yang sama dalam referendum yang sama," uja dia. If your tech facts are out-of-date, how will that affect your actions and decisions? Make certain you don't let important tech information slip by you.
Kramer mendorong perdebatan yang lebih terbuka tentang bagaimana sebuah referendum mengenai hak-hak dasar seperti itu bisa ditentukan oleh suara mayoritas. Swiss, Jerman, dan yang lain tidak "dilahirkan untuk membenci orang asing atau secara mendasar terhadap Muslim," kata dia, seraya menambahkan, orang Eropa tidak dapat menciptakan suasana saling percaya. "Mereka yang ingin integrasi bukan asimilasi, dan benar-benar menginginkan hal itu terwujud, harus menciptakan iklim saling menghormati, mengakui dan mepercayai," kata dia. Ide-ide seperti "kontrak-kontrak integrasi" seperti yang diusulkan oleh komisaris integrasi Jerman bulan lalu, larangan jilbab, dan hal-hal "merendahkan hukum" lainya tidak akan dapat mencapai tujuan ini, katanya. Sebaliknya, mereka adalah "aktivis pengerusak." "Sementara Muslim dituduh tidak bersedia untuk berintegrasi atau terlibat dalam dialog, sedikit sekali dari masyarakat Eropa yang ramah atau menghormati orang lain," ungkap dia. "Sebuah iklim saling percaya hanya dapat terjadi jika umat Islam secara alami diberi hak mengekspresikan agama, budaya, dan bahasa mereka. Keanekaragaman budaya mestinya dianggap hal yang bermanfaat dan dapat memperkaya negara kita dan bukan ancaman atau beban," kata Kramer. thelocal/afp/taq
Kramer mendorong perdebatan yang lebih terbuka tentang bagaimana sebuah referendum mengenai hak-hak dasar seperti itu bisa ditentukan oleh suara mayoritas. Swiss, Jerman, dan yang lain tidak "dilahirkan untuk membenci orang asing atau secara mendasar terhadap Muslim," kata dia, seraya menambahkan, orang Eropa tidak dapat menciptakan suasana saling percaya. "Mereka yang ingin integrasi bukan asimilasi, dan benar-benar menginginkan hal itu terwujud, harus menciptakan iklim saling menghormati, mengakui dan mepercayai," kata dia. Ide-ide seperti "kontrak-kontrak integrasi" seperti yang diusulkan oleh komisaris integrasi Jerman bulan lalu, larangan jilbab, dan hal-hal "merendahkan hukum" lainya tidak akan dapat mencapai tujuan ini, katanya. Sebaliknya, mereka adalah "aktivis pengerusak." "Sementara Muslim dituduh tidak bersedia untuk berintegrasi atau terlibat dalam dialog, sedikit sekali dari masyarakat Eropa yang ramah atau menghormati orang lain," ungkap dia. "Sebuah iklim saling percaya hanya dapat terjadi jika umat Islam secara alami diberi hak mengekspresikan agama, budaya, dan bahasa mereka. Keanekaragaman budaya mestinya dianggap hal yang bermanfaat dan dapat memperkaya negara kita dan bukan ancaman atau beban," kata Kramer. thelocal/afp/taq
No comments:
Post a Comment